Selasa, 12 Oktober 2010

BK Tampil Elegan

- Panelis Sebut BK-NMI Berpengalaman
- Pengamat UI: Pengaruhi Pemilih Menengah Atas

Debat kandidat walikota-wakil walikota Depok 2010 berlangsung dinamis dan menarik. Seluruh kandidat menyampaikan program visi misi pembangunan Kota Depok untuk 5 tahun mendatang. Acara yang dilangsungkan di Stasiun JakTV itu menghadirkan dua panelis dari Universitas Indonesia dan dipandu dua pembawa acara berpengalaman, Elprisdat Zein dan Fadjroel Rahman.

Dari seluruh sesi tanya-jawab itu, BK tampil lebih elegan, baik dalam menjawab pertanyaan audience maupun panelis dan kandidat lain. “Saya tanya ke dua kandidat yang berpengalaman dulu, BK dan Nur,” ungkap panelis, Prof Dr Zulhasril Nasir.

Pengamat politik dari Puskappol UI, Ikhsan Darmawan menilai, dari sejumlah pertanyaan yang diajukan panelis, dua kandidat yang paling menonjol ialah BK dan NMI. “Di beberapa pertanyaan, BK menang dalam menjawab. Ini sangat berpengaruh terhadap pemilih di kalangan menengah ke atas yang selama ini belum menentukan sikap politik mereka,” ungkap Ikhsan, setelah mengikuti siaran langsung debat kandidat selama dua jam itu.

Dari segi pertanyaan panelis, menurut dia, lebih tajam dibandingkan debat BK-Nur di UI beberapa waktu lalu. Namun kali ini panelis kurang menggali masalah kesehatan. “Kesan secara umum menarik. Buktinya, banyak warga yang antusias bertanya lewat telepon langsung. Masyarakat Depok punya keinginan bertanya kepada para calon. Ini tidak terbayangkan sebelumnya, ternyata penelepon dari luar yang mencari tahu sebelum mereka memutuskan pilihannya pada Sabtu, 16 Oktober 2010, cukup tinggi,” katanya.

Dari cara menjawab, jelas Ikhsan, dua calon, yaitu BK dan NMI lebih menonjol. “Dari debat kandidat itu, persaingan terjadi pada pasangan nomor urut 2,3, dan 4,” paparnya.

Pada sesi pertanyaan pertama yang diajukan panelis, Prof Dr Zulhasril Nasir, guru besar UI dari Fakultas Ilmu Komunikasi mengajukan pertanyaan kepada dua kandidat yang sebelumnya telah bersaing di Pilkada Depok 2005, Nur Mahmudi Isma’il (NMI) dan Badrul Kamal (BK).

Nasir mempertanyakan pembangunan infrastruktur jalan tol Cinere-Jagorawi (Cijago) yang lima tahun terakhir tidak kunjung tuntas dikerjakan. Hal ini, menurut mantan wartawan itu, dapat menentukan suara pemilih dari warga yang akan dilintasi jalan tol tersebut.

Terkait itu, NMI menjelaskan, kemajuan pelaksanaan pembangunan jalan tol Cijago sepanjang 14,2 kilometer itu sudah dalam tahap pembangunan tiang pancang jembatan di beberapa titik. Selain itu, NMI menjamin proses pembebasan jalan tol tersebut bebas dari praktik percaloan tanah.

“Untuk memastikan itu, kami telah melibatkan tim appraisal independen yang akan menentukan harga tanah. Saat ini, pembangunan jalan itu sudah dalam tahap pembuatan tiang pancang untuk jembatan,” kata NMI yang saat ini menjabat walikota Depok.

NMI juga menjelaskan, pembebasan lahan tol Cijago sudah selesai. Kini, Pemkot sedang melakukan sosialisasi dengan musyawarah dan melakukan sinkronisasi yang difasilitasi Tim Pengadaan Tanah dari Kementerian Pekerjaan Umum.

Sementara BK yang dinilai Nasir mampu mewujudkan pembangunan Jalan Juanda dalam tempo kurang dari lima tahun menjelaskan, rencana pembangunan jalan tol Cijago sudah dilakukan sejak 2002 yang disetujui Kementerian Pekerjaan Umum pada Maret 2005.

“Selain melakukan pembebasan lahan di Jalan Juanda, saat itu juga dibebaskan lahan untuk Fly Over Jalan Arif Rahman Hakim dan Jalan Kartini. Pada dasarnya, untuk melakukan pembebasan lahan, masyarakat harus memahami kepentingan pembangunan. Menjamin kepastian agar tidak terlunta-lunta, karena tidak mendapat kepastian harga,” ujar BK yang selama ini dijuluki warga sebagai bapak pembangunan Kota Depok itu.

Lebih lanjut, BK menjelaskan, alokasi anggaran untuk pembebasan lahan harus disiapkan, karena masyarakat Depok saat ini menantikan terwujudnya pembangunan jalan yang menghubungkan Depok dengan Jakarta itu. ”Dengan kepastian dan mengayomi masyarakat Depok, maka pembangunan jalan tol dapat segera terealisasi, investasi ke Kota Depokpun akan mengalir,” kata BK. n